Wednesday, June 15, 2011

Hantu Kecoa

Pak Me-Yong adalah satu-satunya orang di kampung itu yang tidak disukai orang, tetapi sekaligus juga ditakuti. Soalnya Pak Me-Yong kabarnya memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang lain. Yaitu bisa melihat orang halus atau sejenis hantu. Bahkan Pak Me-Yong sendiri sering mengaku punya kenalan hantu cukup banyak. Tentu saja orang-orang kampung semakin takut kepadanya.
Yang membuat Pak Me-Yong tidak disukai orang karena dia sering minta sumbangan makanan dari pada penduduk dengan alasan permintaan dari orang halus. Jenis makanan yang diminta bermacam-macam, seperti misalnya soto babat, bakso urat, mie pangsit, kwetiaw, sate kambing, ayam goreng, daging rendang, udang bumbu pedas, kepiting rebus, cap-cay, dll. Pokoknya makanan yang serba enak.
Tentu saja para penduduk yang dimintai sumbangan makanan sering menggerutu, soalnya mereka sendiri untuk makan sehari-hari sering berhemat dengan makanan sederhana.
"Saya jengkel sama Pak Me-Yong" kata Pak Uyut, salah seorang penduduk kepada Pak Ko'i tetangganya "masa Pak Me-Yong minta sumbangan ayam panggang sama sop buntut? Padahal saya sekeluarga setiap hari cuma makan nasi sama kangkung."
"Apa lagi saya" sahut Pak Ko'i "saya sakit hati sama Pak Me-Yong, soalnya dia minta sumbangan semur daging sama ikan gurame goreng, terus masih ditambah kue tart, katanya buat cuci mulut orang halus, padahal saya sendiri cuma makan singkong setengah matang!"
Mendadak Pak Uyut dan Pak Ko'i terdiam karena tiba-tiba Pak Me-Yong lewat di dekat mereka.
"Lagi ngomongin saya, ya?" Pak Me-Yong menghentikan langkahnya.
"Enggak, kok!" Pak Uyut dan Pak Ko'i menjawab hampir serentak.
"Terserah..." sahut Pak Me-Yong "pokoknya asal tahu saja, bahwa setiap orang yang ngomongin saya, kalau malam pasti didatangi putih-putih!"
"Putih-putih apa??!" Pak Uyut dan Pak Ko'i kaget.
"Orang halus yang warnanya serba putih" Pak Me-Yong tersenyum "mukanya putih, rambutnya putih, kaki dan tangannya putih, perutnya putih, pusarnya putih, lidahnya putih. Pokoknya semua putih kecuali giginya saja yang warnanya kuning!"
"Hiiiii... jangan, ah!" Pak Uyut dan Pak Ko'i langsung merinding dan saling berpelukan karena takut "ampuuuuun... kami janji nggak akan ngomongin kamu lagi!"
"Makanya lain kali jangan ngomongin saya" Pak Me-Yong berkata sambil meninggalkan tempat itu dengan tenang. Tentu saja makin hari Pak Me-Yong makin berani berbuat semaunya.
Tapi pada suatu hari Pak RT memberanikan diri mendatangi rumah Pak Me-Yong dan berkata terus terang "Pak Me-Yong, lama-lama saya curiga sama kamu."
"Curiga soal apa?" Pak Me-Yong tampak santai.
"Curiga soal ucapanmu" kata Pak RT "jangan-jangan kamu selama ini hanya membohongi penduduk kampung ini seolah-olah kamu bisa melihat orang halus, padahal sebenarnya kamu tidak melihat apa-apa."
"Oo... jadi Pak RT nggak percaya kalau saya bisa melihat orang halus?" Pak Me-Yong tersenyum "tuh, di punggungnya Pak RT ada orang halus!"
"Di punggung saya?!!" Pak RT kaget sekali sambil berputar-putar menoleh kebelakang dan meraba-raba punggungnya "manaaaa??!!"
"Itu di punggung Pak RT, masa gak terasa?" Pak Me-Yong tertawa "ituuu... lagi nongkrong minta digendong, bentuknya seperti nenek-nenek kurus, giginya cuma ada dua tapi runcing-runcing, pipinya jerawatan dan ada buntutnya. Masa nggak terasa??!"
"Hiiiy... mana sih?! Serem banget!" Pak RT ketakutan dan masih berputar-putar sambil meraba-raba punggungnya "manaaaaa??!!!"
"Tuh, masih ada!" Pak Me-Yong menunjuk kearah punggungnya Pak RT "sekarang malah nambah dua lagi bergelantungan di leher!"
"Aduuuh... jangan, dong! Jangaaaann!!!" Pak RT menepis-nepis lehernya dengan tangannya "toloooong!! Tolong usir mereka!!"
"Mau diusir? Baik!" Pak Me-Yong tersenyum lalu mengibas-ngibaskan tangannya seperti ayam "Huss! Huss! Pergi sana! Jangan menggangu Pak RT! Hayo, pergiiii!"
Pak RT masih berputar-putar dan menepis-nepis lehernya.
"Sudah, mereka sudah saya usir. Tenang saja!" kata Pak Me-Yong.
"Sungguh? Mereka sudah pergi betulan?" Pak RT terengah-engah.
"Jangan takut, Pak RT. Sebetulnya di punggung dan di lehernya Pak RT tidak ada apa-apanya" tiba-tiba seseorang muncul. Ternyata dia adalah Pak Badar, seorang pendatang baru, yang merupakan satu-satunya penduduk yang tidak mau memberikan sumbangan makanan kepada Pak Me-Yong.
"Pak Badar, kamu jangan ikut campur!" Pak Me-Yong marah, lalu menunjuk diatas kepalanya Pak Badar "tuh lihat, di atas kepalamu ada lima ekor hantu. Hijau, kuning, kelabu, merah muda dan biru. Meletus hantu hijau, dor!"
"Bohong, di atas kepalaku nggak ada apa-apanya" Pak Badar tersenyum "malah di kedua ketiakmu saya lihat ada gerombolan tuyul lagi main ayun-ayunan" Pak Badar menunjuk ke arah ketiaknya Pak Me-Yong "ketiak sebelah kiri ada 12 ekor dan di ketiak sebelah kanan ada 24 ekor. Hiii... serem!!"
Entah kenapa Pak Me-Yong tiba-tiba ketakutan, soalnya dia memang merasakan di kedua ketiaknya seperti ada yang menggelitik. Rasanya geli-geli campur gatal.
"Hiiii... toloooong!!" Pak Me-Yong lari masuk ke dalam rumah lalu membuka baju memeriksa kedua ketiaknya. Ternyata pada masing-masing ketiaknya ada dua ekor kecoa sedang main petak umpet. Pak Me-Yong marah sekali karena merasa dipermalukan oleh Pak Badar. Tapi sejak itu Pak Me-Yong tidak berani lagi minta sumbangan makanan kepada para tetangganya, karena kebohongannya sudah terbongkar. ***