Sunday, March 21, 2010

Tiga Pemburu Macan

Seekor macan yang kelaparan turun dari gunung untuk mencari mangsa. Karena semua binatang seperti kijang, babi, kelinci, ayam hutan, dan yang lainnya sudah habis dimakannya, maka macan itu turun dari gunung untuk mencari binatang buruan yang lain.
Tentu saja penduduk desa yang terletak di kaki gunung jadi ketakutan. Apalagi macan itu sering mencuri ternak milik penduduk untuk dibuat sarapan. Belum lagi makan siang dan makan malam bahkan kadang-kadang pakai cuci mulut segala.
Pernah suatu hari macan itu mencuri seekor kambing untuk makan malam, lalu kembali lagi mencuri ayam untuk cuci mulut.
"Wah, kalau begini terus-menerus, ternak kita bisa habis!" kata seorang penduduk "masa kambing saya ada lima ekor sekarang tinggal dua ekor?"
"Itu masih lumayan" kata temannya "saya tadinya punya kambing cuma satu ekor, sekarang tinggal ekornya saja!"
"Sapi saya ada seekor, sekarang tinggal separoh!"
"Ayam saya cuma dua ekor, sekarang habis semua" ucap penduduk yang lain "padahal saya mau masak soto ayam? Jadinya gagal!"
"Tapi kuda saya kok nggak dimakan?" ucap salah seorang penduduk yang pekerjaannya sebagai anggota kuda lumping "padahal dua ekor kuda itu saya gantung di dinding. Tapi aman-aman saja, tuh!"
"Iyalah! Kudamu itu kan kuda lumping?!!" penduduk yang lainnya melotot.
"Pokoknya hal ini harus kita laporkan kepada Raja!" mereka ramai-ramai berseru. Pada keesokkan harinya mereka berbondong-bondong menuju istana sambil membawa slogan-slogan yang berisi berbagai tulisan. Ada tulisan yang bertuliskan "Kami Menolak Macan!", "Gantung Si Macan!", "Jangan Macan-Macan Sama Saya!", "Macan, No! Harimau, Yes!", "Macan Harus Diganti Nama Menjadi Micin!", "Ayo Kita Main Macan-Macanan!" dan lain sebagainya.
Akhirnya Raja mengumumkan sayembara bahwa siapa saja yang bisa membunuh macan itu akan diberi hadiah sekantong emas. Tapi tidak ada yang berani, karena macan itu terkenal ganas sekali.
Akhirnya datanglah tiga orang pemburu untuk mendaftarkan diri mengikuti sayembara. Dua orang diantaranya bersenjata golok, yang seorang lain bersenjata tombak.
"Kalian bertiga sanggup membunuh macan itu?" Raja bertanya.
"Sanggup, Tuanku" sahut mereka "macannya berapa ekor?"
"Satu ekor"
"Yaaa... kok cuma satu ekor?" kata salah seorang dari mereka "kalau cuma satu ekor, saya tidak perlu pakai golok, tapi cukup pakai peniti saja!"
"Macannya cuma satu ekor?" kata temannya "bisa minta tambah lagi, nggak?"
"Macan cuma satu ekor saja kok ribut?" ucap yang seorang lagi "biar nanti saya yang menangkapnya untuk mainan anak saya!"
Lalu dengan sikap yang gagah ketiga orang pemburu itu menuju hutan di kaki gunung tempat macan itu berada.
Tetapi belum sampai mereka tiba di hutan yang dituju, mendadak macan itu muncul sambil meraung memperlihatkan taringnya yang tajam.
Ketiga pemburu itu terkejut dan ketakutan. Dua orang diantaranya menghunus golok tapi hanya diacung-acungkan saja. Sedangkan pemburu yang membawa tombak tidak bisa menggunakan tombaknya karena kedua tangannya menggigil.
"Toloooong, ada macaaaaaan...!!!" mereka menjerit ketakutan.
Macan itu mulai merendahkan tubuhnya sambil menggeram, kemudian tiba-tiba melompat menerkam. Ketiga pemburu itu makin menjerit-jerit.
Tetapi mendadak macan itu tersentak di udara lalu jatuh terbanting ke atas tanah, ketika sebatang anak panah menyambar dan tertanam di antara kedua matanya. Macan ganas itu mati seketika.
Lalu muncullah seorang lelaki tua membawa busur. Ternyata dialah yang telah membunuh macan itu.
"Terima kasih, Pak! Bapak telah menyelamatkan kami!" kata salah seorang pemburu itu "tapi tolong jangan bilang-bilang sama Raja, ya!"
"Katakan saja kami yang membunuh macan itu" kata temannya.
"Nanti hadiahnya kita bagi dua" sahut yang lain "Bapak setuju?"
"Tidak!" sahut orang tua itu "aku justru akan menghukum kalian, karena kalian bertiga adalah pembohong". Orang tua itu lalu membuka topi dan pakaiannya dan tampaklah baju kebesaran seorang raja.
"Tuanku!!" ketiga pemburu itu kaget sekali, karena orang tua itu tak lain adalah raja mereka sendiri.
"Tuanku menyamar kok nggak bilang-bilang sih?"
"Lain kali kalau menyamar, ngomong dulu, dong!"
"Kalau begini kan kami jadinya malu?"
Tanpa ampun ketiga orang pemburu gadungan itu dihukum oleh raja dengan memasukkan mereka bertiga ke dalam kandang macan, tapi macannya sudah tua sekali dan tidak punya kuku dan gigi lagi.
Setiap hari mereka menjerit-jerit kegelian ketika macan tua itu menangkap mereka lalu mereka dijilati dan dihisap seperti es krim.
"Toloooong...!!" mereka menjerit-jerit "lebih baik kami dimakan macan sungguhan biar cepat mati! Kalau dijilat-jilat dan diisap-isap begini, habisnya kapan?"
Tapi hukuman itu harus tetap dilaksanakan. ***

Saturday, March 20, 2010

SI JAMBUL DAN SI CHARLES

Mang Bo'ir bangga sekali. Untuk yang kesekian kalinya, ayam jantan aduannya yang bernama Si Jambul, menang lagi. Pokoknya dalam setiap pertandingan adu ayam, Si Jambul selalu tampil sebagai pemenang.
"Ayam siapa dulu, dong!" Mang Bo'ir menepuk dada.
"Mang Bo'ir, bagaimana sih rahasianya supaya ayam jantan bisa jadi ayam jagoan?" salah seorang tetangganya bertanya "soalnya saya punya ayam kalau diadu selalu kalah!".
"Oo... itu memang sulit" kata Mang Bo'ir "ayam milikmu itu memang keturunan ayam kampung. Beda dengan Si Jambul, ayam saya!".
Si Jambul, ayam milik Mang Bo'ir memang tampaknya bukan ayam sembarangan. Badannya tinggi tegap, bulu-bulunya berwarna merah, pial dan gelambirnya juga berwarna merah. Sepasang kakinya kekar dengan dilengkapi taji yang runcing yang bisa melukai musuhnya.
Suatu hari kampung tempat tinggal Mang Bo'ir dikejutkan oleh beberapa orang tamu yang datang dari kampung seberang. Orang-orang itu masing-masing membawa ayam jantan aduannya. Mereka dipimpin oleh seorang laki-laki juara adu ayam bernama Pak Koli.
"Halo, saudara-saudara!" kata Pak Koli "kami datang ke kampung ini untuk menantang adu ayam. Kalau ayam kami menang,  kami akan memotong semua ayam jago di kampung ini untuk digoreng. Tetapi kalau ayam kami kalah, kami akan memberi hadiah uang tunai seratus juta, ditambah bonus stiker dan penggaris. Siapa yang berani?"
"Saya berani!" Mang Bo'ir mengangkat tangan "pokoknya ingat perjanjian, ya! Kalau ayam kalian kalah, kalian akan membayar uang seratus juta dengan ditambah bonus stiker dan penggaris!"
"Benar" Pak Koli tersenyum " tapi kalau ayam kalian kalah, maka ayam kalian akan dipotong dan digoreng!". "Boleh!" sahut Mang Bo'ir "tapi menggorenggnya harus pakai kecap, ya! Soalnya saya suka banget sama ayam goreng bumbu kecap!". Akhirnya ditentukan waktunya untuk adu ayam, yaitu pada hari Minggu siang bertempat di gedung 'Aduhai' yaitu singkatan Arena Adu Heboh Ayam Internasional. Menjelang hari pertandingan banyak wartawan berdatangan untuk mewawancarai Mang Bo'ir sebagai juara bertahan. "Mang Bo'ir, apakah Anda yakin ayam Anda akan menang?" tanya seorang wartawan dari majalah "Kukuruyuk". "Yakin banget!" kata Mang Bo'ir "soalnya ayam jago saya tidak pernah kalah. Ayam jago saya itu bukan keturunan ayam biasa".
"Ayam jago Anda keturunan apa?"
"Ayam jago saya itu neneknya adalah burung rajawali, kakeknya ayam bangkok, bapaknya ayam kalkun, dan ibunya asli ayam hutan" sahut Mang Bo'ir.
"Menurut Anda, pertarungan adu ayam ini sampai berapa ronde?"
"Si Jambul, ayam saya itu, biasanya sudah bisa melumpuhkan lawannya dalam waktu tiga sampai empat ronde".
Akhirnya waktu yang ditentukan tiba.
Pada hari minggu siang itu, pertandingan adu ayam pun dimulai. Ayam-ayam aduan dari kelompok Mang Bo'ir dan kelompok Pak Koli mulai diadu satu persatu. Para penonton bersorak-sorak memberi semangat kepada ayam-ayam yang bertarung.
Ayam Mang Bo'ir yang bernama Si Jambul dan ayam Pak Koli yang bernama Si Charles berhasil mengalahkan semua lawan-lawannya. Akhirnya kedua ayam jago itu memasuki babak final.
"Saudara-saudara semua!" ketua panitia berpidato "Sejauh ini kedudukan masih seri. Kelompok ayam Mang Bo'ir dan kelompok ayam Pak Koli ternyata memiliki nilai yang sama. Sekarang tibalah saatnya pertandingan penentuan atau final antara Si Jambul dan Si Charles!"
"Horeeeeeee...!!!" para penonton bersorak riuh rendah.
Mang Bo'ir tersenyum karena yakin Si Jambul akan menang. Soalnya sehari sebelum pertandingan, Si Jambul sudah diberi minum jamu pegal linu, jamu beras kencur dan jamu ginseng. Pak Koli juga tersenyum sebab dia yakin ayamnya, Si Charles, akan menang. Soalnya Si Charles juga sudah diberi minum jamu tolak angin, jamu salah urat dan jamu anti jerawat.
Teng! Lonceng ronde pertama sudah dibunyikan.
Si Jambul dan Si Charles saling berhadapan dengan bulu-bulu leher yang berdiri tegak menandakan siap bertarung.
"Ayo, Jambul! Jangan mau kalah! Hajar dia pakai hook kiri!" Mang Bo'ir berseru memberi semangat kepada ayam jagonya.
"Jangan takut, Charles!" Pak Koli juga memberi semangat kepada ayam jagonya "Jatuhkan dia pakai swing kanan!"
"Polisiiii...!!!" tiba-tiba para penonton berteriak dan berlarian.
Mang Bo'ir dan Pak Koli kaget karena tiba-tiba tempat itu sudah dikepung polisi. Akhirnya Mang Bo'ir dan Pak Koli ditangkap dengan tuduhan telah melanggar hukum MATBKPATE (Mengadu Ayam Tanpa Belas Kasihan Padahal Ayamnya Tidak Berdosa).
Beberapa hari kemudian Mang Bo'ir dan Pak Koli hanya bisa termenung sedih sambil meringkuk didalam sel tahanan. Mereka telah menerima ganjaran atas perbuatan mereka. ***