Seekor macan yang kelaparan turun dari gunung untuk mencari mangsa. Karena semua binatang seperti kijang, babi, kelinci, ayam hutan, dan yang lainnya sudah habis dimakannya, maka macan itu turun dari gunung untuk mencari binatang buruan yang lain.
Tentu saja penduduk desa yang terletak di kaki gunung jadi ketakutan. Apalagi macan itu sering mencuri ternak milik penduduk untuk dibuat sarapan. Belum lagi makan siang dan makan malam bahkan kadang-kadang pakai cuci mulut segala.
Pernah suatu hari macan itu mencuri seekor kambing untuk makan malam, lalu kembali lagi mencuri ayam untuk cuci mulut.
"Wah, kalau begini terus-menerus, ternak kita bisa habis!" kata seorang penduduk "masa kambing saya ada lima ekor sekarang tinggal dua ekor?"
"Itu masih lumayan" kata temannya "saya tadinya punya kambing cuma satu ekor, sekarang tinggal ekornya saja!"
"Sapi saya ada seekor, sekarang tinggal separoh!"
"Ayam saya cuma dua ekor, sekarang habis semua" ucap penduduk yang lain "padahal saya mau masak soto ayam? Jadinya gagal!"
"Tapi kuda saya kok nggak dimakan?" ucap salah seorang penduduk yang pekerjaannya sebagai anggota kuda lumping "padahal dua ekor kuda itu saya gantung di dinding. Tapi aman-aman saja, tuh!"
"Iyalah! Kudamu itu kan kuda lumping?!!" penduduk yang lainnya melotot.
"Pokoknya hal ini harus kita laporkan kepada Raja!" mereka ramai-ramai berseru. Pada keesokkan harinya mereka berbondong-bondong menuju istana sambil membawa slogan-slogan yang berisi berbagai tulisan. Ada tulisan yang bertuliskan "Kami Menolak Macan!", "Gantung Si Macan!", "Jangan Macan-Macan Sama Saya!", "Macan, No! Harimau, Yes!", "Macan Harus Diganti Nama Menjadi Micin!", "Ayo Kita Main Macan-Macanan!" dan lain sebagainya.
Akhirnya Raja mengumumkan sayembara bahwa siapa saja yang bisa membunuh macan itu akan diberi hadiah sekantong emas. Tapi tidak ada yang berani, karena macan itu terkenal ganas sekali.
Akhirnya datanglah tiga orang pemburu untuk mendaftarkan diri mengikuti sayembara. Dua orang diantaranya bersenjata golok, yang seorang lain bersenjata tombak.
"Kalian bertiga sanggup membunuh macan itu?" Raja bertanya.
"Sanggup, Tuanku" sahut mereka "macannya berapa ekor?"
"Satu ekor"
"Yaaa... kok cuma satu ekor?" kata salah seorang dari mereka "kalau cuma satu ekor, saya tidak perlu pakai golok, tapi cukup pakai peniti saja!"
"Macannya cuma satu ekor?" kata temannya "bisa minta tambah lagi, nggak?"
"Macan cuma satu ekor saja kok ribut?" ucap yang seorang lagi "biar nanti saya yang menangkapnya untuk mainan anak saya!"
Lalu dengan sikap yang gagah ketiga orang pemburu itu menuju hutan di kaki gunung tempat macan itu berada.
Tetapi belum sampai mereka tiba di hutan yang dituju, mendadak macan itu muncul sambil meraung memperlihatkan taringnya yang tajam.
Ketiga pemburu itu terkejut dan ketakutan. Dua orang diantaranya menghunus golok tapi hanya diacung-acungkan saja. Sedangkan pemburu yang membawa tombak tidak bisa menggunakan tombaknya karena kedua tangannya menggigil.
"Toloooong, ada macaaaaaan...!!!" mereka menjerit ketakutan.
Macan itu mulai merendahkan tubuhnya sambil menggeram, kemudian tiba-tiba melompat menerkam. Ketiga pemburu itu makin menjerit-jerit.
Tetapi mendadak macan itu tersentak di udara lalu jatuh terbanting ke atas tanah, ketika sebatang anak panah menyambar dan tertanam di antara kedua matanya. Macan ganas itu mati seketika.
Lalu muncullah seorang lelaki tua membawa busur. Ternyata dialah yang telah membunuh macan itu.
"Terima kasih, Pak! Bapak telah menyelamatkan kami!" kata salah seorang pemburu itu "tapi tolong jangan bilang-bilang sama Raja, ya!"
"Katakan saja kami yang membunuh macan itu" kata temannya.
"Nanti hadiahnya kita bagi dua" sahut yang lain "Bapak setuju?"
"Tidak!" sahut orang tua itu "aku justru akan menghukum kalian, karena kalian bertiga adalah pembohong". Orang tua itu lalu membuka topi dan pakaiannya dan tampaklah baju kebesaran seorang raja.
"Tuanku!!" ketiga pemburu itu kaget sekali, karena orang tua itu tak lain adalah raja mereka sendiri.
"Tuanku menyamar kok nggak bilang-bilang sih?"
"Lain kali kalau menyamar, ngomong dulu, dong!"
"Kalau begini kan kami jadinya malu?"
Tanpa ampun ketiga orang pemburu gadungan itu dihukum oleh raja dengan memasukkan mereka bertiga ke dalam kandang macan, tapi macannya sudah tua sekali dan tidak punya kuku dan gigi lagi.
Setiap hari mereka menjerit-jerit kegelian ketika macan tua itu menangkap mereka lalu mereka dijilati dan dihisap seperti es krim.
"Toloooong...!!" mereka menjerit-jerit "lebih baik kami dimakan macan sungguhan biar cepat mati! Kalau dijilat-jilat dan diisap-isap begini, habisnya kapan?"
Tapi hukuman itu harus tetap dilaksanakan. ***
Terima Kasih atas ceritanya.Cerita majalah ami ini sudah sangat langka.GBU
ReplyDelete