Rasanya tidak ada seorang rajapun yang sebaik Raja Hatsi. Beliau oleh orang tuanya diberi nama Hatsi karena konon kabarnya ketika masih kecil, beliau sering sakit pilek dan suka bersin: Haaaatssiiii!!!
Raja Hatsi dicintai seluruh rakyatnya karena beliau memerintah dengan penuh kasih sayang dan sangat sabar. Hampir tidak pernah terjadi kejahatan atau pelanggaran di dalam negerinya karena semua rakyatnya taat dan tertib terhadap semua peraturan.
Tidak ada copet di terminal-terminal bis atau di pasar-pasar dan tidak ada calo di stasiun-stasiun kereta api. Para penjaga keamanan setiap hari selalu tampak santai duduk-duduk sambil bermain catur atau mengisi buku TTS karena tidak ada maling dan gangguan keamanan lainnya, sedangkan para polisi lalu lintas sering tampak duduk-duduk sambil bermain gitar di dekat lampu merah, karena tidak pernah ada pelanggaran lalu lintas. Pokoknya seluruh lapisan masyarakat merasakan suasana damai dan tenteram.
"Kalau begini terus, aku lama-lama jadi bosan" salah seorang penduduk mengeluh "masak negara kita ini tidak pernah ada kejutan?"
"Kalau kamu mau membuat kejutan, mudah saja" sahut temannya "kamu berguling-gulingan di tengah perempatan jalan itu, pasti kamu ditangkap polisi!"
Orang itu menuruti kata-kata temannya. Dia menuju ke jalan raya yang padat lalu lintas lalu dia berguling-gulingan di perempatan jalan sehingga seluruh kendaraan jadi macet.
"Hai, kamu ini sengaja mengacaukan lalu lintas, ya?!!" seorang polisi berkumis melintang dan berwajah garang mendekatinya.
"Iya, Pak. Saya memang sengaja membuat gara-gara" sahut orang itu. "Lain kali jangan berbuat begitu lagi ya, sayang?" polisi berkata dengan lemah lembut sambil membelai-belai rambut orang itu "kalau kamu nakal, nanti dicubit Ibu Guru."
Orang itu tertunduk lalu pergi sambil menangis tersedu-sedu karena ternyata tidak ditangkap.
Suatu hari seorang laki-laki ditangkap karena mencuri kambing. Maka si pencuri itu dihadapkan ke pengadilan.
"Kenapa kamu mencuri kambing?" hakim bertanya.
"Karena kambing itu jenggotnya mirip jenggot Kakek saya, Pak" sahut si pencuri "karena kebetulan saya nggak punya fotonya Kakek, maka saya mencuri kambing itu. Nggak apa-apa kan, Pak?"
"Ooo... nggak apa-apa, Pak" si pemilik kambing tertawa "malah lain kali kalau dia mencuri sapi saya karena Oom-nya mirip sapi, saya rela!"
Akhirnya sidang pengadilan itu selesai dengan damai.
Begitulah keadaan masyarakat di bawah pemerintahan Raja Hatsi. Semua persoalan dapat diselesaikan secara baik tanpa ada dendam atau sakit hati.
Suatu hari terdengar kabar bahwa pasukan musuh dari kerajaan lain hendak menyerang. Mendengar berita itu Raja Hatsi segera memerintahkan semua tentara dan rakyatnya bersiap-siap.
"Kalian semua harus bersiap-siap menyambut kedatangan musuh!" kata Raja.
"Maksud Tuanku kami harus berperang?" tanya Kepala Pasukan.
"Bukan!" sahut Raja Hatsi "kalian harus bersiap-siap menyediakan hidangan. Mereka kan datang dari jauh dan pasti perutnya lapar? Kasihan dong!"
Seluruh rakyat dan seisi istana sibuk. Mereka menyiapkan hidangan dan minuman lezat untuk menyambut musuh. Bahkan di halaman istana disediakan panggung untuk orkes dang-dut lengkap dengan hiasan yang meriah. Persis di depan pintu gerbang istana dipasang tulisan besar yang berbunyi : Selamat Datang Para Musuh Yang Budiman.
Ketika pasukan musuh datang dengan raja mereka, mereka terkejut karena mendapat sambutan yang ramah dari Raja Hatsi serta seluruh pasukannya dan juga seluruh rakyatnya. Bahkan mereka langsung dipersilahkan istirahat, makan minum dan menikmati hiburan orkes dang-dut.
"Silahkan kalian menikmati hidangan dan hiburan sepuasnya" kata Raja Hatsi "sebenarnya kalian kemari ada perlu apa?"
"Ah, enggak. Kami cuma main-main saja, kok!" sahut raja dari pasukan musuh itu sambil malu-malu "kami boleh sekalian numpang mandi nggak?"
"Oo... boleh saja" Raja Hatsi tertawa "mau sekalian ikut arisan di istana juga boleh!"
Peperangan besar antara dua negara yang seharusnya terjadi, berubah menjadi pesta penuh sukacita dalam ikatan persaudaraan karena sikap permusuhan dibalas dengan kebajikan dan kebencian dibalas dengan kasih.***
No comments:
Post a Comment