Friday, October 29, 2010

Pindi, Pini dan Pisi

Pak Moyan punya tiga orang anak laki-laki: Pindi, Pini dan Pisi yang ketiganya memiliki sifat yang bikin orang tuanya stress setiap hari. Pindi sifatnya pemalas, Pini pembohong dan Pisi terlalu lugu sekaligus tuli.
Kebetulan Pak Moyan memilikitoko kecil. Untuk menjaga toko tersebut Pak Moyan memberi tugas kepada ketiga anaknya secara bergiliran. Sedangkan Pak Moyan dan istrinya sibuk menerima pesanan kue, sebab kebetulan keduanya pintar bikin kue. Tapi nyatanya mereka selalu rugi.
"Aku heran..." kata Pak Moyan suatu hari "kita ini punya toko dan punya usaha bikin kue. Tapi kok kayaknya nggak pernah untung?"
"Saya sendiri juga heran, Mas..." sahut Bu Moy, sebutan untuk istrinya Pak Moyan "jangan-jangan keuntungan kita dicuri tuyul."
Mendengar istrinya berkata begitu, tiba-tiba Pak Moyan melompat dan bersembunyi di bawah meja dengan wajah pucat pasi, ketakutan.
"Kamu, kenapa Mas?" Bu Moy heran.
"Kamu jangan ngomong soal tuyul, dong! Aku kan jadi merinding?" sahut Pak Moyan "janji, jangan ngomong tuyul, ya?"
"Iya, saya janji" kata Bu Moy sambil mengangkat tangan kanan seperti pramuka yang mengucapkan sumpah setia.
"Begini saja, Bu..." kata Pak Moyan sambil merangkak keluar dari kolong meja "kita pura-pura pergi keluar kota, lalu kita berdua menyamar jadi orang lain untuk menyelidiki perilaku anak-anak kita. Siapa tahu mereka yang menyebabkan kita rugi selama ini."
"Saya setuju banget, Mas..." kata Bu Moy "kebetulan saya memang sudah lama curiga pada ketiga anak-anak kita itu."
Keesokan harinya Pak Moyan dan istrinya berpamit pada ketiga anaknya untuk keluar kota, padahal mereka sengaja menginap di rumah tetangga.
Malam harinya Pak Moyan dan istrinya pergi ke toko miliknya dengan menyamar. Pak Moyan mengenakan topi lebar dan kumis palsu sambil mengulum bola bekel di mulutnya, supaya suaranya sulit dikenali saat berbicara. Sedangkan Bu Moy mengenakan gaun sari seperti wanita India dengan gelang di hidung.
Ketika mereka memasuki toko, kebetulan yang giliran menjaga adalah Si Pindi. Tampak Pindi sedang duduk santai sambil membaca komik.
"Halo, saya turis" kata Pak Moyan dan istrinya.
"Halo juga" sahut Pindi tanpa menengok "mau beli apa?"
"Saya mau beli minyak rambut, bedak dan sendal jepit"
"Silahkan ambil sendiri dan uangnya taruh saja di meja" sahut Pindi.
"Harganya berapa?"
"Terserah" sahut Pindi dengan acuh sambil terus membaca komik.
Setelah meninggalkan toko, Pak Moyan berkata kepada istrinya "huh, pantas saja kita rugi. Si Pindi itu pemalas sekali. Dia tidak mau melayani dan juga tidak mau perduli soal harga."
"Pindi itu memang keterlaluan" Bu Moy ngomel "pantas kabarnya ada tetangga kita yang bilang bahwa harga di toko kita murah sekali, soalnya dia katanya pernah membeli beras setengah karung cuma membayar Rp. 5000.-"
Keesokkan harinya kembali Pak Moyan dan istrinya pergi ke toko miliknya, dan giliran yang menjaga toko adalah Si Pini.
"Mau beli apa?" Pini langsung mendatangi.
"Kami mau beli sembako" kata Bu Moy "apakah ini tokonya Pak Moyan?"
"Bukan. Ini toko milik saya" sahut Pini "Pak Moyan itu pelayan saya.
"Oo.. begitu" Bu Moy mengangguk-ngangguk, sementara Pak Moyan ingin sekali memukul hidung anaknya itu karena mengatakan dia adalah pelayannya.
"Apakah kalau saya membeli banyak, akan dapat potongan harga?"
"Bukan hanya potongan harga, tapi juga berhadiah" sahut Pini bersemangat "di toko saya ini kalau beli satu sabun mandi dapat hadiah sebuah TV. Kalau beli satu botol minyak angin dapat hadiah kulkas!"
"Wow bukan main..." Bu Moy berdecak pura-pura kagum walaupun ingin sekali dia menarik mulut anaknya yang pembohong itu "kalau saya beli peniti, hadiahnya apa?"
"Hadiahnya ikut tour ke Bali. Tapi ngumpulnya di Denpasar" kata Pini "tapi semua hadiahnya baru diantar lima tahun kemudian."
Setelah membeli sembako secukupnya, Pak Moyan dan istrinya meninggalkan toko tersebut dengan hati yang geram.
Keesokkan harinya Pak Moyan dan istrinya bersiap-siap untuk berbelanja lagi, dan mereka pasti akan bertemu Pisi.
"Nanti kita akan bertemu Pisi, Mas" kata Bu Moy "aku yakin anak kita Si Pisi ini lebih baik dari pada Si Pindi dan Si Pini, soalnya Pisi adalah anak yang lugu."
"Lugu apanya?" Pak Moyan menggerutu "masa mentang-mentang lugu, pernah digigit anjing diam saja?"
Dan memang benar, ketika mereka tiba di toko, tampak Pisi yang menjaga.
"Permisiiii, kami mau beliiii...." kata Pak Moyan.
"Apa?" Pisi bertanya.
"Saya dan istri saya mau beli."
"Kapan?"
"Kok kapan?" Pak Moyan jengkel "kami datang ke sini mau beliiiiii....!!"
"Banyak nyamuk?"
"Begitulah kalau anak lugu, Mas" Bu Moy berbisik pada suaminya.
"Itu bukan lugu, tapi kupingnya budek!" Pak Moyan marah-marah "pantas saja kita rugi. Punya anak laki-laki tiga orang, tapi tiga-tiganya nggak ada yang beres."
Sejak saat itu Pak Moyan tidak lagi mempercayakan tokonya kepada ketiga anaknya, tetapi dia dan istrinya sendiri yang mengurusnya. Sedangkan ketiga anaknya diberi tugas membuat dan menjual kue untuk biaya hidup mereka sehari-hari. Kalau kuenya tidak enak dan tidak laku, berarti mereka sendiri yang rugi. Hanya cara itu yang membuat Pindi, Pini dan Pisi bisa menghargai jerih payah kedua orang tuanya. ***

No comments:

Post a Comment